Sterilnews.com - Institut Pertanian Bogor (IPB) University, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, terus berupaya menghadapi perubahan yang mengganggu dunia pendidikan akibat perkembangan industri dan teknologi.
Rektor IPB University, Arif Satria, menyampaikan upaya-upaya tersebut dalam acara sidang terbuka Dies Natalis ke-60 kampus mereka, yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Arif Satria mengungkapkan bahwa perubahan disruptif dalam dunia pendidikan terjadi dengan sangat cepat. Menurut laporan dari Linkedin Learning, setiap 5 tahun, sekitar satu dari tiga keterampilan utama kita menjadi tidak relevan lagi. Oleh karena itu, kemampuan untuk merespons perubahan menjadi kunci eksistensi.
Sejak tahun 2018, IPB telah mengambil langkah-langkah konkret dalam menghadapi tantangan disrupsi ini. Mereka mengembangkan kurikulum pendidikan baru yang disebut K2020.
Kurikulum ini bertujuan untuk mencetak lulusan IPB yang merupakan "agile learner" atau pembelajar yang cepat, lincah, dan tangguh dengan integritas yang kuat, visi masa depan, dan kemampuan yang relevan, terutama dalam bidang kepemimpinan dan kewirausahaan.
Langkah-langkah IPB ini juga sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Salah satu perkembangan penting adalah munculnya "microcredential," yaitu sertifikasi kompetensi yang diberikan oleh perusahaan besar.
Sertifikat ini menjadi sangat penting dalam dunia kerja. IPB bahkan akan memberikan 17 ribu akun gratis kepada mahasiswa S1/D4 untuk mengikuti pelatihan ini secara online tahun ini.
Pentingnya pendekatan ini juga terlihat dari hasil pemetaan talenta untuk mahasiswa baru, di mana 43 persen dari mereka mengungkapkan keinginan untuk menjadi pengusaha.
Selain itu, IPB berusaha menciptakan lingkungan yang subur bagi pertumbuhan calon pemimpin bangsa, dengan 7 persen mahasiswa diterima melalui seleksi Ketua OSIS SMA.
IPB juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan minat dan bakat mahasiswa. Mereka menyediakan program-program seperti Start-Up School, Young Agripreneur Camp, dan inkubator bisnis di Start-Up Center IPB bagi mereka yang ingin menjadi pengusaha di sektor agromaritim.
Rektor Arif Satria menjelaskan, "Ini adalah upaya kami untuk mencetak lebih banyak lagi teknopreneur Agromaritim yang siap menjadi penggerak ekonomi nasional, dan ini merupakan bagian dari visi IPB sebagai Technosociopreneurial University berbasis Agromaritim."
Sebagai contoh keberhasilan, beberapa alumni milenial IPB telah menjadi penggerak bisnis agromaritim yang sukses, seperti Sandi Okta (CEO PT. Sinergi Tani Indonesia), Bayu M Anggara, dan Reza Fahlepi (Founder Start-up Fish Log), serta banyak alumni lain yang aktif di bidang pertanian.
Tidak kurang dari 70 persen lulusan IPB bekerja di bidang pertanian, menunjukkan bahwa lulusan IPB tetap berkomitmen pada bidangnya.
Selain itu, IPB terus mengembangkan program studi baru dalam berbagai bidang, seperti sains data, logistik agromaritim, keamanan pangan, pertanian cerdas, biomedis, kedokteran, dan sedang mempersiapkan pendirian fakultas/sekolah baru di bidang sains data dan kecerdasan buatan.
IPB University terus berkomitmen untuk menjadi pusat pendidikan yang relevan dan siap menghadapi tantangan perubahan dalam dunia pendidikan dan industri.
Dengan upaya-upaya ini, mereka berharap dapat berkontribusi lebih besar dalam pembangunan ekonomi nasional dan mencetak pemimpin-pemimpin masa depan yang tangguh dan inovatif.